|
setelah melewati kebun teh jalur sudah mulai di tumbuhi semak |
Pada awal bulan Juli lalu saya bersama 5 teman saya yaitu Pmen, Nanang, Ardi, Budut, dan satu teman kerja saya yaitu Ari berencana pergi ke Wonosoba untuk mendaki Gunung Sindoro dan Sumbing. Kami berangkat dari terminal Lebak Bulus menuju Wonosobo menggunakan bus Sinar Jaya. Setelah perjalanan selama lebih dari 12 jam kami pun sampai di pasar rita pusat kota Wonosobo. Lalu kami pun berjalan sebentar menuju alun alun koto wonosoba untuk istirahat sejenak.
Pada pukul 10.30 kami pun beranjak pergi dari alun alun menuju ke arah Dataran Tinggi Dieng. Dari sanalah kami akan memulai pendakian ke gunung Sindoro sebagai target pertama kami. Sekitar 1 jam kami pun sampai di Pertigaan Tambi. Tambi adalah salah satu Desa di daerah dataran tinggi Dieng yang merupakan jalur pendakian gunung sindoro
. Desa Tambi ini Pemandangannya sangat bagus sekali karena merupakan sebuah perbukitan yang di tanami pohon teh. Dari pertigaan tersebut kami harus menyewa mobil bak terbuka untuk sampai ke Base came terakhir tempat para pendaki mengambil Air terakhir, karena setelah itu sudah tidak akan di temukan lagi mata air sampai Puncak Sindoro. Di perjalanan kami sempat berbincang dengan penduduk dieng yang dengan senang hati menceritakan sejarah kebun teh tambi kepada kami. katanya " Dahulu pada zaman kolonial belanda kebun teh ini menjadi milik belanda dan hasil selalu di ambil oleh belanda, penduduk di sini hanya di paksa untuk mengolah dengan upah yang sangat kecil. akhrinya setelah Indonesia merdeka perkebunan teh di Tambi menjadi milik Penduduk setelah perudingan dengan Wakil dari presiden Soekarno".
|
kami harus sering beristirahat karena jalur menanjak dari kebun teh di barengi dengan panasnya sinar matahari yang menguras tenaga. |
|
Kami mempersiap 7 drigen berukuran 5 liter sebagai bekal bawaan kami. 7 drigen itu di bagi rata kepada seluruh anggota kecuali saya yang memang sudah membawa 2 tenda yang cukup berat. Perjalanan di awali dengan melewati hamparan kebun teh sekitar 3 km menanjak. Di sela perjalan kami bertemu penduduk sedang membawa senapan angin. kami bertannya tanya sebentar sambil istirahat dan menunggu teman teman yang lain. Penduduk itu bilang katanya di daerah kaki gunung Sindoro itu masih terdapat banyak ayam hutan atau ayam cemani. Tapi dalam perjalanannya kami tak satupun menemukan ayam itu.
sekitar pukul 04.00 kami beristirah di bawah pohon besar tepat setelah lewat dari kebun teh. Matahari Senja membuat kabut di puncak Sindoro pun tersingkir. Dari tempat kami beristirahat kami bisa melihat puncak sindoro dengan jelas bahkan kami sempat berfoto foto sebentar. sambil beristirahat kami menyempatkan mengisi perut dengan makanan ringan yang kami bawa.
|
tepat setelah terdengar adzan ashar kami beristirahat dibawah pohon besar |
|
puncak sindoro tepat di belakang kami |
setelah beristirahat sekitar 45 menit kami melanjutkan perjalanan. Di perjalanan kami terus bergurau tentang pucak sindoro yang terlihat sangat jelas oleh mata kapala kami. kami terus mengira ira kapan dan jam berapa kami akan tiba disana. Waktu tak terasa saat Senja menyapa, Gelap hadir perlahan kami sambut dengan nyala lampu senter di tangan. sedikit demi sedikit jalanan gelap kami telusuri. Setiap satu jam kami beristirahat dan lama kelamaan dingin yang begitu menggoda mulai mencumbu tubuh kami membuat kami lemas tak berdaya. 10 langkah sekali kami berhenti untuk menghela nafas dan menurunkan detak jantung yang begitu kencang terpompa, mungkin semua ini kami rasakan karena kami memang belum makan malam kami hanya makan makanan kecil dan snack. Dan setiap 10 langkah sekali kami menengok keatas apakah puncak sudah terlihat, memang terlihat.... tapi tak hanya satu yang kami lihat banyak banyak sekali puncak yang kami sangka adalah puncak sindoro. Kami tertipu karena ternyata puncak sindoro banyak memiliki puncak bayangan.
|
dari tempat kami beristirahat terlihat puncak sindoro di sinari matahari senja |
|
ardi terlihat begitu lelah membawa kerilnya Nanang. hahahah |
|
capek banget kayanya... hahaha |
Kami pun mengusulkan untuk beristirahat di pinggir tebing yang mungkin memiliki kemiringan 60 derajat. kami benar benar harus hati hati dengan dingin yang begitu menyayat kulit. kami membuat api dengan parapin dan menyalakan kompor untuk merebus mie instan. setelah selesai makan kami sepakat untuk membagi tim ini menjadi 2 yaitu 1 kelompok yang memilik tenaga lebih kuat harus berjalan duluan sampai puncak dan harus mendirikan tenda dan setelah tenda didirikan kelompok pertama harus kembali menemui kelompok 2 yang terdiri oleh teman kami yang sudah benar benar lelah. akhirnya saya, nanang, dan pmen jalan duluan meninggal kan 3 orang teman kami yang lain yang beristirahat sambil menghangatkan badan dengan api.
kami bertiga berjalan cepat mungkin karena sudah makan jadi kami bisa mendaki dengan cepat. tak terasa saya yang berjalan di depan telah menemukan celah menuju puncak datar. dari celah itu jalan sudah tidak terlalu curam lagi sudah mulai terlihat pohon pohon edelwies dan rumput datar. Kami pun berjalan mencari tempat bagus untuk ngecamp . setelah merasa mendapatkan tempat yang tepat kami pun bergegas membuka tenda dan mendirikannya. sekitar 15 menit kami pun selesai ternyata jam menunjukan pukul 11.30 malam bulan terlihat sangat dekat seperti lampu taman yang bulat dengan warna lampunya yang kuning remang. indah sekali suasana malam itu walau kami lihat kami hanya sendiri di puncak sindoro tersebut.
Kami baru ingat teman kami yang 3 orang, ternyata pucuk di cinta ulam pun tiba. Ternyata terdengar teriakan teriakan kecil yang lama kelamaan menjadi besar dan kencang. Kami pun menyambut dan menjawab teriakan itu dengan suara sengau kami. ternyata benar ketiga teman kami menyusul kami dan sekarang terlihat cahaya dari lampu senter mereka. kami semua sangat senang dan saling berjabat tangan mengucapkan selamat.
Akhirnya kami semua sampai dengan selamat di puncak gunung Sindoro 3153 mdpl.kami pun bermalam dengan nyaman walaupun saya dan ari harus merasa menggigil karena tidak memakai sleeping bag. paginya 3 teman kami berencana menunggu sunrice dan berfoto foto. karena saya terlalu lelah saya melewatkan saat saat sunrice di puncak sindoro tersebut sebagai gantinya yang tidak berfoto foto saat sunrice boleh langsung berfoto foto dan yang lainnya masak air di tenda.. hehehe. berikut foto foto pada saat paginya .. sayangnya saya gk nyimpen foto sunricenya.. jadi gk saya upload disini
|
tuhhh sumbing tuh... |
|
wuiihhh awannya.. |
|
posisi kedua tenda kami di sampingnya tepat dataran tinggi dieng |
|
kawah gunung sindoro |
|
|
Pmen yang sempet tiduran di pinggir jalan perkebunan tembakau karena cape jalan gk da abisnya.. panjang banget coy ni perkebunan penduduk hahah |
|
full team |
Comments
Post a Comment