Berimajinasi


Belakangan ini saya suka sekali berimajinasi atau berkhayal tentang berbagai masalah yang sekarang saya alami. Saya bingung kenapa banyak orang sering berfikir / berimajinasi, sebenarnya apa si yang kita lakukan ini ? coba berfikir dan terus mencari akhirnya semua beban di hati ini coba saya tulis kan di blog ini.

Berpikir itu sesungguhnya berbicara kepada diri sendiri dalam batin. Jadi, manusia selalu berbicara kepada dan atau dengan dirinya sendiri. Bagaimana bila sering bicara kepada diri sendiri dengan suara keras ? ahh gk bingung juga yaa kalo gitu,, hehehe

Sebenarnya selama otak masih aktif bekerja, kita selalu berbicara dengan diri sendiri, umumnya dalam batin, tidak disuarakan.
Ketika kita menimbang pilihan, menenangkan diri waktu terkejut, marah atau berdoa kita berbicara dengan diri sendiri. 

Sesekali kita berbicara bersuara, ketika menghayati kondisi emosi intens, misalnya saat tiba-tiba menemukan solusi yang ditunggu-tunggu, saat marah. Saat teringat seseorang yang sangat dirindukan, mungkin kita ingin merealisasikan harapan akan kebersamaan dengan membayangkan ia ada dan mengajaknya berbicara. Saat intens berpikir kita kadang berbicara bersuara, dan mungkin jadi libih jelas mengenai alternatif penyelesaiannya.

Berbicara dengan suara keras ke diri sendiri jarang dilakukan. Mungkin lebih sering terjadi ketika kita tertekan. tegang , kacau, singkatnya berpikiran penuh, seperti ada pergolakan di bating yang menuntut untuk dikeluarkan. Bayangkan panci berisi air mendidih yang tutupnya beregerak-gerak kencang bahkanmungkin dapat terlempar karena tekanan kuat dari bawah. Jelas di sini, bicara menjadi cara penyaluran emosi. 

Jadi, berbicara kepada diri sendiri bisa merupakan hal sangat normal, dapat pula merefleksikan persoalan psikologis yang memerlukan perhatian serius. kita sendiri yang dapat menetapkan, apakah yang terjadi pada kita merupakan hal wajar saja, atau sudah berlebihan sehingga mengindekasikan kekacauan batin yang memerlukan bantuan ahli untuk mengatasinya ?


ketika dalam keadaan sangat tertekan dan tegang, percakapan batin mungkin keluar dalam bentuk bicara sendiri, yang bila berlebihan akan membuat takut diri sendiri dan orang lain. Bila itu halnya, kita perlu menenangkan diri, merenung (Mungkin dengan bantuan orang lain juga) untuk lebih mengerti sumber ketegangan dan kekacauan pikiran kita. Menenangkan diri dapat dilkakukan misalnya, dengan cara olah napas, meditasi, dan mengembangkan visualisasi yang menenangkan batin. 

Sejauh  pengetahuan saya, tidak ada istilah akonsius dalam psikologi, Sayang informsi dari semua sumber yang saya dapat kurang lengkap. Apakah kebiasaan muncul setelah kuliah dan sebelumnya sama sekali tidak pernah terjadi ? Ingatkah mulai muncul kapan dan adakah pencetusnya ? pada saat-saat apa saja lebih banyak bicara pada diri sendiri ? tentang apa ? apa yang di maksud dengan "mempraktikkan yang ada di pikiran secara langsung dalam tindakan ?"Sejauh mana kebiasaan inimengganggu orang lain ? sejauh mana mengganggu diri sendiri ?

Positifnya,
Aktivitas itu akan menjadi gangguan psikologis bila manusia bicara sendiri sebagai respons terhadap halusinasi atau deluasi. Halusinasi adalah gangguan persepsi dalam bentuk (merasa) melihat atau mendengar tanpa ada rangsangan nyata, misalnya kita mendengar suara-suara berisik orang menertawakan orang lain, atau melihat figur tertentu yang orang lain tidak mendengar atau melihatnya.

Delusi secara sederhana dapat diartikan sebagai keyakinan kuat tentang suatu hal akibat penilaian realitas yang salah. Misalnya kita yakin sedang dikejar-kejar dan akan dibunuh atau sebailiknya. Bila kita minilai diri atau dunia secara negatif, kita akan bicara dalam bahasa atau kalimat negatif("aku selalu gagal"."aku tidak dicinta"atau "dunia ini buruk"."tidak ada yang diharapakan lagi". percakapan diri yang juga positif.

Karena sebenarnya manusia selalu bicara dengan dan kepada diri sendiri, kita perlu mengolah fenomena ini secara konstruktif demi kesejahteraan psikologis kita. Penanganan psikologi cukup sering mengajurkan kita mengembangkan self-talk yang positif untuk mengubah pikiran negatif. memotivasi diri. mengembangkan gambaran diri atau dunia yang lebih baik, mendorong gerak sampaikan kepada diri sendiri untuk menguatkan diri.

Kita mengubah dari negatif menjadi positif, misalnya dari "aku selalu gagal" menjadi "aku sedang menyesuaikan tugasku secara bertahap", dari "aku tidak dicintai" menjadi "aku menyayangi diriku sendiri dan sedang membuat diriku menjadi lebih baik,". Memang banyak sekali masalah sekarang ini tapi masih bisa melakukan hal-hal positif di lingkungan terdekatku sendiri.

Ada hubungan saling mempengaruhi antara perasaan dan perilaku, dan kita dapat memulai dari mana saja untuk mengembangkan kondisi diri yang lebih positif. Bicara secara positif kepada diri sendiri menjadi salah satu cara untuk membuat diri menjadi lebih bahagia.

Comments